Sejarah Jaka Tingkir Diambil dari Kisah Nyata

Sejarah Jaka Tingkir Diambil dari Kisah Nyata


Mas Karebet atau yang biasa dikenal dengan Jaka Tingkir adalah seorang putra dari Ki Ageng Pengging. Dalam catatan sejarah Jaka Tingkir dikenal sebagai sosok pendiri Kerajaan Pajang yang terletak di Kartasura dan bergelar Sultan Hadiwijaya. Lantas seperti apa sosok dari Jaka Tingkir?

Berikut ini penjelasan mengenai sosok Jaka Tingkir dan seputar Kerajaan Pajang, dikutip dari situs SMPN 13 Semarang dan Sampoerna Academy dalam laman resminya dan jurnal


 Memperebutkan Wahyu Majapahit dan Demak: Membaca Ulang Jejak Kesultanan Pajang oleh Bambang Purwanto (2017).


Sejarah Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang adalah Kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya pada tahun 1568 M. Kerajaan ini didirikan setelah runtuhnya Kerajaan Demak.


 Diperkirakan Kerajaan Pajang terletak di wilayah Kartasura yang merupakan daerah pedalaman di Jawa. Wilayah pemerintahan atau kekuasaan Kerajaan Pajang relatif kecil yang meliputi wilayah Jawa Tengah.


Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah dan memimpin Kerajaan Pajang.


1. Jaka Tingkir (1568-1583)

Jaka Tingkir merupakan pendiri sekaligus raja pertama dari Kerajaan Pajang. Ia diperkirakan memerintah Kerajaan Pajang selama 15 tahun dari tahun 1568-1583.


2. Arya Pangiri (1583-1586)

Arya Pangiri adalah raja kedua dari Kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Ngawantipura. Ia berasal dari Demak dan menjadi raja setelah Jaka Tingkir meninggal dunia.


3. Pangeran Benawa (1586-1587)

Pangeran Benawa merupakan anak dari Jaka Tingkir. Ia memerintah Kerajaan Pajang selama setahun dari tahun 1586-1587. Selama menjabat sebagai raja Kerajaan Pajang, Pangeran Benawa bergelar Sultan Prabuwijaya.


Sejarah Jaka Tingkir

Dikutip dari website resmi SMAN 13 Semarang, Kamis (25/5/2023), Mas Karebet merupakan anak dari Ki Ageng Pengging. Karena Ki Ageng Pengging meninggal dibunuh oleh Sunan Kudus, akhirnya Jaka Tingkir diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir. Setelah itu Mas Karebet lebih banyak dikenal dengan nama Jaka Tingkir dan memutuskan untuk mengabdi kepada Kesultanan Demak.


Menurut sejarahnya, Kesultanan Demak mengalami kemunduran karena adanya serangan dan pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Penangsang, kemudian atas bantuan dari Jaka Tingkir akhirnya pemberontakan tersebut berhasil ditumpas dan Arya Penangsang berhasil dibunuh. Dengan demikian Jaka Tingkir menjadi pewaris dari Kesultanan Demak dan memindahkan pusat ibukota Demak ke wilayah Pajang yang terletak di sisi selatan wilayah Surakarta.


Setelah itu Jaka Tingkir diresmikan sebagai raja pertama dari Kerajaan Pajang yang menjabat selama 15 tahun dari tahun 15668-1583 dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Selain itu, semasa pemerintahannya Kerajaan Pajang berhasil mencapai puncak kejayaan.


Hal ini ditandai dengan perluasan wilayah Kerajaan Pajang hingga ke daerah Blora, Madiun, Kediri. Kerajaan Pajang juga menjadi kerajaan yang tumbuh subur dalam sektor pertanian dan menjadi lumbung beras utama di wilayah Jawa.


Jaka Tingkir meninggal pada tahun 1583 setelah terjadi peristiwa perang besar antara Pajang dengan Mataram. Sepulang dari perang Jaka Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia. Kerajaan Pajang mengalami kemunduran dan keruntuhan setelah kepergiannya. Hal tersebut terjadi karena adanya perebutan kekuasaan antara putra Jaka Tingkir, Pangeran Benawa, dan menantu Arya Pangiri.


Sumber Sejarah Kerajaan Pajang

Apabila dibandingkan dengan Kerajaan Islam lainnya yang tumbuh dan eksis di Indonesia. Kerajaan Pajang merupakan Kerajaan Islam yang paling sedikit memiliki sumber sejarah. Meskipun tidak sebanyak Kerajaan Islam lainnya, namun Kerajaan Pajang tetap memiliki sejumlah bukti sejarah tertulis.


Berikut ini sumber sejarah tertulis yang menjadi acuan terkait keberadaan Kerajaan Pajang, dikutip dari jurnal 'Memperebutkan Wahyu Majapahit dan Demak: Membaca Ulang Jejak Kesultanan Pajang' oleh Bambang Purwanto (2017).


1. Serat Nitisruti

Serat Nitisruti kerap kali dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Pajang. Naskah ini sedikit banyak dipengaruhi oleh serat Ramayana dan serat Koja-jajahan. Secara ini naskah Serat Nitisruti banyak mengandung unsur mistik. Akan tetapi keberadaan serat ini hingga saat ini masih diperdebatkan, terutama berkaitan dengan siapa yang mengubah dan kapan pengubahan tersebut dilakukan.


2. Babad Tanah Jawi

Babad Tanah Jawi menjadi sumber utama dalam melakukan rekonstruksi ulang mengenai keberadaan Kerajaan Pajang dalam sejarah Jawa. Akan tetapi kembali lagi bahwa sumber-sumber lain yang berisikan data-data arkeologi dan kearsipan yang menyatakan mengenai keberadaan Kerajaan Pajang sangat minim.


3. Kitab Negarakertagama

Kitab Negarakertagama adalah catatan perjalanan Prabu Hayam Wuruk dan dalam kitab tersebut menyebutkan bahwa Pajang merupakan salah satu lokasi yang pernah dikunjungi oleh Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1275-1279.


Peninggalan Kerajaan Pajang

Meskipun masa pemerintahan Kerajaan Pajang tidak berlangsung lama, namun Kerajaan Pajang memiliki sejumlah peninggalan yang hingga saat ini dapat untuk dilihat dan dikunjungi. Berikut ini peninggalan Kerajaan Pajang, dikutip dari Sampoerna Academy dalam laman resminya.